Dia, ya?
Dulu, Dia sering main ke rumah. Dia sangat menyenangkan, gue yakin tanpa berinteraksi pun kalian akan sepakat
sama gue. Dia cantik. Sangat cantik. Beberapa minggu kemudian, si cantik ini
membawa anak-anaknya ke rumah. Karena saat itu gak kepikiran sama sekali buat
menampung keluarga tambahan, Bokap gue ngusir dia dari rumah. Melihat hal itu,
sempat ada debat panjang antara gue sama Bokap. Iya, gue sama Bokap gue emang
sering meributkan banyak hal.
Well, gimana juga anak pasti kalah
sama Ayahnya. Gue kalah. Akhirnya Dia cuma gue kasih kardus beralaskan kain di
teras rumah buat tempat tinggal dia dan anak-anaknya. Kadang kalo malem-malem
hujan, kardusnya diem-diem gue masukin ke dalem rumah. Ketika subuh, kardus dan
isinya gue taro di luar lagi. Waktu itu gue mikir, ada gunanya juga setiap hari
tidur pagi. Bahaha
Berminggu-minggu setelahnya,
anak-anaknya udah bisa lari-larian, sering masuk ke dalem rumah dan tahu apa?
Bokap gue luluh dan akhirnya mereka resmi kami pelihara. Sekarang, hampir
satu setengah tahun setelahnya, rumah kami punya 8 kucing. Ada yang meninggal,
ada yang hilang, ada yang kelindes mobil, dan itu bikin sedih. Tapi ketika kita
masih bisa mensyukuri apa yang kita punya sekarang, semua beban akan terasa
baik-baik aja.
Kehidupan anak tunggal gue yang
membosankan perlahan berubah. Gue sama Bokap gue sekarang jarang ribut dan gue
rasa itu karena mereka. Terima kasih buat dia. Karena dia mengubah banyak
suasana rumah kami, terutama ngubah aroma rumah yang sekarang penuh dengan bau
pesing dan bau tahi. Bahaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar