Rabu, 21 Oktober 2015

Ketika Hujan Turun



Hujan selalu memunculkan aroma nostalgia dan kegalauan luar biasa. Bahkan untuk cowok yang-mengaku playboy kayak gue, hujan selalu bisa bikin gue bergalau ria. Mungkin karena hal itulah, gue selalu dianggap sebagai playboy yang gagal. Pedih.
            Tapi karena sekarang masih musim kemarau dan sangat jarang hujan kecuali hujan air mata gue gak akan bahas sesuatu yang menye-menye dan bikin orang baper. Kali ini gue mau bahas tentang apa saja kebiasaan yang akan kita lakukan ketika hujan turun membasahi bumi. Cek it out.

1.      Ngopi.
Waktu hujan turun, hawa dingin akan menusuk-nusuk kulit sampai tulang kita. Hal yang sering gue lakuin kalau udah gitu sih biasanya ngopi. Kalau cewek mungkin bakalan nge teh, atau minum yang anget-anget. Dan buat gue, saat ngopi itu biasanya sambil ngerokok. Nikmat banget rasanya.
Waktu lagi ngopi dan ngerokok, gue kadang sambil ndengerin musik-musik favorit gue, yang kadang bikin gue lupa kalau gue ini adalah seorang jomblo.
2.      Melamun.
Melamun adalah rutinitas wajib saat kita menikmati hujan. Entah itu lamunin mantan,  atau malah lamunin utang. Saat melamun inilah kadang kita akan mendapatkan banyak inspirasi. Dari inspirasi inilah akan muncul sebuah karya. Entah itu puisi, lagu, atau ide buat tulisan.
Tapi gue saranin kalian jangan kebanyakan ngelamun juga, soalnya bisa bahaya. Kalau kalian tiba-tiba kehilangan kesadaran, kemudian meronta-ronta sambil cengar-cengir lalu teriak, “Nikahin gue sama Ariel Tatum! Nikahin gue sama dia! Sekarang!” dan orang-orang yang kebingungan bakal nanya, “Lo kenapa? Jangan nakut-nakutin ah...” lalu dengan mata melotot, lo bakalan jawab “Gue kesurupan bego! Cepetan turutin permintaan gue!”. 
3.      Galau.
Ini adalah hal yang paling sering terjadi ketika hujan turun. Rekaman-rekaman indah bersama mantan mendadak muncul dan diputar oleh otak. Teringat gimana saat kita hujan-hujanan bareng ketika sepulang sekolah dulu. Lalu aku ngajak kamu neduh di depan toko yang sedang tutup. Di sana kita berbagi cerita, di sana kita berbagi canda, di sana mata kita bertatapan, lalu kita terdiam dalam syahdu. Aku mendekatkan bibirku pada bibir kamu, tapi kamu malah mencolok mataku lalu bilang, “Aku belom siap.”
Laknat! 
4.      Tidur.
Hawa dingin yang dihasilkan hujan benar-benar anugrah. Orang yang sering susah tidur pun pasti akan menguap saat cuaca sedang hujan. Makanya ada sebuah kalimat bijak, “Saat hujan turun. Tidurlah.” Karena tidur waktu hujan itu benar-benar nikmat. Apalagi kalau sama pacar.
5.      Jadi Tukang Ojek Payung.
Hujan memang membawa berkah bagi orang yang punya insting pengusaha yang tinggi. Contohnya adalah anak-anak yang mendadak jadi tukang ojek payung di mall-mall. Amal dapet, uang juga dapet. Keren.
By the way, gue siap lho buat jadi tukang ojek payung buat cewek-cewek yang hatinya hujan terus~
#Usaha #Tetep

Yup, itulah ocehan gue tentang hujan. Yakinlah, bahwa hujan itu adalah anugrah yang terkadang membuat anu gerah. Makanya, hujan itu harusnya disyukuri bukannya malah dicaci. Sekian omong kosong dari gue.
Tertanda: Furqon ganteng.

Kamis, 01 Oktober 2015

Gadis Berkerudung Merah



Aku menenggak bir kalengan sambil memerhatikan sekelilingku dengan seksama. Aku suka tempat ini. Sebuah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam jenis permainan untuk anak-anak. Ada perasaan tentram yang muncul ketika mengunjunginya, seolah semua masalah yang ada hilang dalam sekejap.
Seorang gadis kecil berkerudung merah berlarian beberapa meter dari tempat aku terduduk dengan riang. Pipinya merona selaras dengan kerudung yang sedang dia kenakan. Sesekali dia melihatku, kemudian memberikan senyum cemerlang yang membuat hati siapa saja berbunga saat itu juga.
Mendadak aku iri pada anak itu. Aku ingin kembali ke masa kecilku dulu. Masa di mana semuanya terasa sangat menyenangkan. Masa di mana aku belum tahu betapa sakitnya dunia ini.
Suara tangisan seorang bocah membuyarkan lamunanku. Ah, kulihat gadis cilik tadi sudah tersungkur di atas tanah. Aku menghampirinya dengan hati-hati, tak mau dia panik dan membuat tangisnya semakin menjadi. Aku mengusap  kepalanya pelan, kemudian berucap “Tenang, semua akan baik-baik saja.”
Dia berhenti menangis setelah kuberikan sebuah permen. Setelahnya, kami bermain ayunan di taman itu. Dia kembali tertawa riang. Dan lagi-lagi aku kembali iri padanya. Hanya butuh sebuah permen untuk melupakan rasa sakit dan kembali tertawa riang. Sangat sederhana. Tak seperti luka pada orang dewasa yang bahkan tak bisa diobati dalam waktu tahunan atau berapa ratus kaleng bir yang ditenggaknya.

Langit berubah menjadi orange. Seorang wanita paruh baya memanggil gadis itu dan dengan sorot mata yang bersinar, gadis itu berteriak, “Mama!” kemudian berlari ke arahnya.
“Kakak, besok kita main lagi ya!” seru gadis itu. Ibunya menatap ramah padaku sambil menyunggingkan sebuah senyuman. Kemudian mereka berlalu.
Aku kembali duduk dan menatap senja dengan seksama. Entah kenapa perasaanku kini menjadi sangat lega.
“Tak peduli betapa sakitnya dunia, aku ini adalah orang dewasa. Dan tugas orang dewasa adalah melindungi tawa riang anak-anak sepertinya. Makanya, aku seharusnya tak boleh banyak mengeluh,” gumamku.