Minggu, 30 Desember 2018

New Years End


Hari ini, pagi terasa biasa saja. Aku membuka mata dengan malas, sambil terus mencoba berlindung di bawah selimut yang masih tersisa aroma tubuhmu. Pesan yang kamu tuliskan di secarik kertas berwana hijau muda yang berbunyi “Maaf, Aki-kun, sepertinya kita harus berpisah. Terima kasih untuk semuanya. Semoga kamu bahagia!” masih tertempel di pintu kulkas. Aku tidak berani menyentuhnya atau mencabutnya dari sana. Aku masih berharap itu adalah lelucon yang kamu buat untuk mengerjaiku. Sama seperti lelucon-lelucon yang sering kamu lemparkan. Tapi, kini sudah sebulan berlalu sejak pesan itu tertempel. Kamu menghilang dan tak ada kabar sama sekali. Meski masih berharap, aku rasa pesan itu bukanlah sebuah guyonan lagi.
***
Kita dipertemukan malam yang dingin. Berdua, kita menatap dunia dengan pesimis. Sambil membicarakan fantasi-fantasi yang ada di kepala kita dengan sumringah. Membayangkan kastil yang megah untuk ditinggali, membangun pesawat luar angkasa lalu kemudian mengitari galaksi. Kita seperti dua anak kecil yang terus berbicara tanpa ingat waktu. Kemudian, kita memulai semuanya dari situ. Tanpa basa-basi lewat kalimat “Aku cinta kamu” aku mengecup bibirmu.
***
Sebentar lagi musim dingin akan tiba. Dalam serial Game of Thrones, musim dingin terdengar begitu menakutkan. Musim dingin berarti tanda munculnya pasukan zombie dan datangnya malam yang panjang menyelimuti Westeros. Sementara bagiku, musim dingin berarti harus memerhatikan jalanan agar tidak terpeleset saat berjalan. Ketika mengingat “Terpeleset” aku kembali teringat padamu. Kamu yang ceroboh dan teledor, apa akan baik-baik saja ketika melewati musim dingin ini?  Ketika pertanyaan itu muncul di benakku, aku mulai mengkhawatirkanmu.
“Yui, aku harap kamu baik-baik saja.”
***
Malam menjelang deadline selalu begitu mengerikan. Meski mengerjakan manga bulanan, tapi tetap saja aku tak memiliki banyak waktu luang. Editorku, Pak Yama akan terus mengirimi pesan sekitar satu jam sekali. Kadang menelepon jika aku tak membalas pesannya. Terkadang, dia akan datang ke studio dan mengawasi kerja kami dengan tatapan horor di balik kacamatanya. Aku terkadang benci jika Pak Yama datang. Jika ada dia, aku tak bisa leluasa merokok. Dia sangat membenci rokok. Meskipun toleran padaku, tapi dia jelas sekali menunjukkan gestur tubuh yang risih. Dalam beberapa kesempatan, dia berceletuk “Sensei, apa kau tidak berpikir ruangan ini sangat sempit dan kekurangan sesuatu?” untuk menyindirku. Dasar Yama-san!
Malam ini aku berhasil menyelesaikan name dan gambar dasar untuk manga yang kubuat. Aku menyerahkan urusan background dan tone pada assistenku. Dengan begitu, aku bisa kabur sebentar untuk menghirup udara segar dan kemudian merokok. Ah, sepertinya ada yang perlu aku koreksi. Menghirup udara segar lalu merokok sepertinya sesuatu yang sangat bertolak belakang ya? Yah, pokoknya begitu.
Aku berjalan menuju minimarket untuk membeli bir dan cemilan. Lalu tiba-tiba aku berpikir untuk membelikan beberapa ramen instan untuk asisten-asistenku. Kupikir mereka akan senang. Jarak studio dengan minimarket tak sampai 100 meter. Aku mempercepat langkah, udara malam ini sudah mulai terasa seperti musim dingin dan aku lupa memakai jaket yang tebal.
Minimarket semakin dekat, jantungku berdegup kencang karena langkah cepatku. Sepertinya aku harus mengurangi merokok. Begitu batinku saat itu. Aku mendorong pintu mini market dengan separuh tenaga yang tersisa di tubuhku. Baru selangkah berada di dalamnya, jantungku berhenti berdetak.
Lagu berjudul Fireworks sedang mengalun. Lagu ini sedang populer akhir-akhir ini. Musik dengan aransemen unik dan suara familier dari penyanyinya, benar-benar membuat jantungku berhenti.
“Ah, kamu lagi.” Bisikku.
Suara merdu Yui begitu menakutkan. Aku sempat terdiam beberapa saat di depan rak cemilan. Ketika lirik yang berbunyi “Musim berganti dengan cepat, maka berlarilah!” mengalun, aku kembali terlempar ke dunia nyata. Kupikir, lagu ini mungkin ditujukan padaku. Yui mungkin tahu aku akan meratap, makanya dia menciptakan lagu ini khusus untukku. Ah, mungkin saja. Hanya sekedar pengandaian. Kebohongan yang kubuat untuk menyemangati diri sendiri.
***
Tahun baru kulewati dengan asisten-asistenku di studio sambil menenggak bir ditemani kripik kentang. Pak Yama tak datang, dia mungkin merayakannya bersama keluarganya, atau rekan kerjanya, atau mungkin dengan mangaka yang lain. Entahlah, dia sudah tak menghubungiku selama 2 hari ini. Di sela-sela guyon dan tawa di ruangan sempit ini, handphone-ku berbunyi. Ada sebuah email. Alamat email dan nama yang sangat familier. Email dengan subjek berjudul “Selamat Tahun Baru!” itu sempat membuat aku kesusahan bernapas. Ah, ini beneran Yui? Ujarku dalam hati. Aku kemudian mengambil bir dan menuju balkon untuk membacanya.
***


Hai! Sepertinya sudah lama kita tidak saling menyapa. Ah, mungkin lebih tepatnya, aku yang mengabaikanmu. Maaf, Aki-kun. Aku benar-benar minta maaf.
Bahkan, untuk menuliskan email ini pun aku harus mengumpulkan keberanian dahulu. Jadi, apa kabar? Aku senang akhirnya kamu mewujudkan impianmu untuk bisa menjadi seorang mangaka! Selamat! Sejujurnya aku kurang suka manga dengan genre yang kamu gambar. Tapi, aku selalu berusaha untuk membacanya. Dengan membaca manga karanganmu, aku merasa seperti sedang mendukungmu secara langsung. Hanya itu yang bisa kulakukan untukmu saat ini, Aki-kun.
Oh iya, apa kamu sudah mendengarkan laguku? Haha. Aku tahu kamu tidak akan pernah bisa membeli CD laguku, karena kamu terlalu pengecut. Tapi, kuharap kamu mendengarkan laguku.
Aki-kun, kuharap kamu mulai beranjak dari hari itu. Aku harap kamu mulai bisa melupakanku. Aku tahu kamu pasti bisa melakukannya. Aku memilih malam ini untuk mengucapkan hal ini karena mungkin malam ini adalah waktu yang tepat untuk menyampaikannya. Bukan kah tahun baru selalu identik dengan hal-hal baru?
Aki-kun, ini adalah perpisahan kita. Aku harap aku bisa menyampaikannya dengan benar. Aku akan mendukungmu dari jauh. Apa pun yang kamu lakukan hari ini atau esok hari. Selalu.
Aku harap kamu akan menemukan kebahagiaan.
Sayonara.
***


Aku membelinya. Aku suka lagu-lagumu. Aku suka judul albumnya, Paradise Lost. Aku juga akan mendukungmu dari jauh. Teruslah ceria, Yui. Dengan begitu aku percaya bahwa kau baik baik saja.

                                              Send email?
Yes                   No

No

Delete

Sent Email.


Arigatou. Sayonara.