Hari ini, pagi terasa biasa saja. Aku
membuka mata dengan malas, sambil terus mencoba berlindung di bawah selimut yang
masih tersisa aroma tubuhmu. Pesan yang kamu tuliskan di secarik kertas berwana
hijau muda yang berbunyi “Maaf, Aki-kun, sepertinya kita harus berpisah. Terima
kasih untuk semuanya. Semoga kamu bahagia!” masih tertempel di pintu kulkas. Aku
tidak berani menyentuhnya atau mencabutnya dari sana. Aku masih berharap itu
adalah lelucon yang kamu buat untuk mengerjaiku. Sama seperti lelucon-lelucon
yang sering kamu lemparkan. Tapi, kini sudah sebulan berlalu sejak pesan itu
tertempel. Kamu menghilang dan tak ada kabar sama sekali. Meski masih berharap,
aku rasa pesan itu bukanlah sebuah guyonan lagi.
***
Kita dipertemukan malam yang dingin.
Berdua, kita menatap dunia dengan pesimis. Sambil membicarakan fantasi-fantasi
yang ada di kepala kita dengan sumringah. Membayangkan kastil yang megah untuk
ditinggali, membangun pesawat luar angkasa lalu kemudian mengitari galaksi. Kita
seperti dua anak kecil yang terus berbicara tanpa ingat waktu. Kemudian, kita
memulai semuanya dari situ. Tanpa basa-basi lewat kalimat “Aku cinta kamu” aku
mengecup bibirmu.
***
Sebentar lagi musim dingin akan tiba.
Dalam serial Game of Thrones, musim dingin terdengar begitu menakutkan. Musim dingin
berarti tanda munculnya pasukan zombie dan datangnya malam yang panjang
menyelimuti Westeros. Sementara bagiku, musim dingin berarti harus memerhatikan
jalanan agar tidak terpeleset saat berjalan. Ketika mengingat “Terpeleset” aku
kembali teringat padamu. Kamu yang ceroboh dan teledor, apa akan baik-baik saja
ketika melewati musim dingin ini? Ketika
pertanyaan itu muncul di benakku, aku mulai mengkhawatirkanmu.
“Yui, aku harap kamu baik-baik saja.”
***
Malam menjelang deadline selalu begitu mengerikan. Meski mengerjakan manga bulanan,
tapi tetap saja aku tak memiliki banyak waktu luang. Editorku, Pak Yama akan
terus mengirimi pesan sekitar satu jam sekali. Kadang menelepon jika aku tak
membalas pesannya. Terkadang, dia akan datang ke studio dan mengawasi kerja
kami dengan tatapan horor di balik kacamatanya. Aku terkadang benci jika Pak
Yama datang. Jika ada dia, aku tak bisa leluasa merokok. Dia sangat membenci
rokok. Meskipun toleran padaku, tapi dia jelas sekali menunjukkan gestur tubuh
yang risih. Dalam beberapa kesempatan, dia berceletuk “Sensei, apa kau tidak berpikir ruangan ini sangat sempit dan
kekurangan sesuatu?” untuk menyindirku. Dasar Yama-san!
Malam ini aku berhasil menyelesaikan name dan gambar dasar untuk manga yang
kubuat. Aku menyerahkan urusan background
dan tone pada assistenku. Dengan begitu,
aku bisa kabur sebentar untuk menghirup udara segar dan kemudian merokok. Ah,
sepertinya ada yang perlu aku koreksi. Menghirup udara segar lalu merokok
sepertinya sesuatu yang sangat bertolak belakang ya? Yah, pokoknya begitu.
Aku berjalan menuju minimarket untuk
membeli bir dan cemilan. Lalu tiba-tiba aku berpikir untuk membelikan beberapa ramen
instan untuk asisten-asistenku. Kupikir mereka akan senang. Jarak studio dengan
minimarket tak sampai 100 meter. Aku mempercepat langkah, udara malam ini sudah
mulai terasa seperti musim dingin dan aku lupa memakai jaket yang tebal.
Minimarket semakin dekat, jantungku
berdegup kencang karena langkah cepatku. Sepertinya
aku harus mengurangi merokok. Begitu batinku saat itu. Aku mendorong pintu
mini market dengan separuh tenaga yang tersisa di tubuhku. Baru selangkah
berada di dalamnya, jantungku berhenti berdetak.
Lagu berjudul Fireworks sedang mengalun. Lagu ini sedang populer akhir-akhir ini.
Musik dengan aransemen unik dan suara familier dari penyanyinya, benar-benar
membuat jantungku berhenti.
“Ah, kamu lagi.” Bisikku.
Suara merdu Yui begitu menakutkan. Aku
sempat terdiam beberapa saat di depan rak cemilan. Ketika lirik yang berbunyi “Musim berganti dengan cepat, maka
berlarilah!” mengalun, aku kembali terlempar ke dunia nyata. Kupikir, lagu
ini mungkin ditujukan padaku. Yui mungkin tahu aku akan meratap, makanya dia
menciptakan lagu ini khusus untukku. Ah, mungkin saja. Hanya sekedar
pengandaian. Kebohongan yang kubuat untuk menyemangati diri sendiri.
***
Tahun baru kulewati dengan
asisten-asistenku di studio sambil menenggak bir ditemani kripik kentang. Pak
Yama tak datang, dia mungkin merayakannya bersama keluarganya, atau rekan
kerjanya, atau mungkin dengan mangaka yang lain. Entahlah, dia sudah tak
menghubungiku selama 2 hari ini. Di sela-sela guyon dan tawa di ruangan sempit
ini, handphone-ku berbunyi. Ada sebuah
email. Alamat email dan nama yang sangat familier. Email dengan subjek berjudul
“Selamat Tahun Baru!” itu sempat membuat aku kesusahan bernapas. Ah, ini beneran Yui? Ujarku dalam hati. Aku
kemudian mengambil bir dan menuju balkon untuk membacanya.
***
From: Yui-Arisa005@xxxx.com
Hai! Sepertinya sudah lama kita tidak saling menyapa. Ah, mungkin lebih
tepatnya, aku yang mengabaikanmu. Maaf, Aki-kun. Aku benar-benar minta maaf.
Bahkan, untuk menuliskan email ini pun aku harus mengumpulkan keberanian
dahulu. Jadi, apa kabar? Aku senang akhirnya kamu mewujudkan impianmu untuk
bisa menjadi seorang mangaka! Selamat! Sejujurnya aku kurang suka manga dengan
genre yang kamu gambar. Tapi, aku selalu berusaha untuk membacanya. Dengan membaca
manga karanganmu, aku merasa seperti sedang mendukungmu secara langsung. Hanya itu
yang bisa kulakukan untukmu saat ini, Aki-kun.
Oh iya, apa kamu sudah mendengarkan laguku? Haha. Aku tahu kamu tidak akan
pernah bisa membeli CD laguku, karena kamu terlalu pengecut. Tapi, kuharap kamu
mendengarkan laguku.
Aki-kun, kuharap kamu mulai beranjak dari hari itu. Aku harap kamu mulai
bisa melupakanku. Aku tahu kamu pasti bisa melakukannya. Aku memilih malam ini
untuk mengucapkan hal ini karena mungkin malam ini adalah waktu yang tepat
untuk menyampaikannya. Bukan kah tahun baru selalu identik dengan hal-hal baru?
Aki-kun, ini adalah perpisahan kita. Aku harap aku bisa menyampaikannya
dengan benar. Aku akan mendukungmu dari jauh. Apa pun yang kamu lakukan hari
ini atau esok hari. Selalu.
Aku harap kamu akan menemukan kebahagiaan.
Sayonara.
***
From: akiaki140582@xxxx.com
Aku membelinya. Aku suka lagu-lagumu. Aku suka judul albumnya, Paradise
Lost. Aku juga akan mendukungmu dari jauh. Teruslah ceria, Yui. Dengan begitu
aku percaya bahwa kau baik baik saja.
Send email?
Yes No
No
Delete
Sent Email.
From: akiaki140582@xxxx.com
Arigatou. Sayonara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar