Minggu, 08 Maret 2020

Spektrum


Lily kecil bersembunyi di dalam lemari dengan menutup kedua telinganya. Dia mencoba menghitung angka 1 sampai 100 dalam hati. Dia mencoba untuk menghitung domba gemuk Paman Brown yang tergambar dalam kepalanya. Dia mencoba memejamkan mata dan berusaha untuk tidak mengintip celah lemari.
Suara-suara yang masuk ke telinganya segaduh suara monster yang ada di acara tv favoritnya. Lily memejamkan mata. Dari doa yang mengandalkan langit, dia berharap mimpi buruknya itu berakhir.
***
Lily beranjak dewasa dengan baik. Kehidupannya berjalan dengan normal. Nilai pelajaran sekolahnya tak pernah sangat bagus atau pun sangat jelek. Dia juga bukan tipikal murid rajin yang aktif bertanya pada guru di setiap mata pelajaran. Dia sesekali tidak mengerjakan PR, sesekali membolos jam pelajaran, dan sesekali bergerombol dengan anak lainnya untuk membicarakan sekelilingnya. Lily selalu tersenyum dan tidak pernah terlihat bersedih.
Lily tidak pernah bersedih.
***
Lily menatap dunia dengan sinis. Hujan tak lagi membuatnya takut. Tidak juga dengan gelap malam yang dulu begitu menyeramkan baginya. Lily tidak lagi memuja luar angkasa atau planet-planet. Kesukaannya pada gulali lambat laun berkurang. Dia kini lebih suka minuman pahit yang disebut alkohol.
Ketika Lily mencoba terlelap, dia melihat dunia yang suram dan kian menyeramkan.
***
            Ini tahun kedelapan Lily tinggal sendiri. Dia tidak pernah mengundang teman atau mengajak seseorang untuk mampir ke dalam rumahnya. Dia merasa jika sendiri saja sudah cukup. Dia bisa menari di dalam ruangannya dengan bebas sepuasnya. Tanpa seorang pun yang mengganggu. Sendiri begitu menyenangkan. Sendiri adalah yang terbaik. Lily menari dan terus menari. Sampai tak sadar jika pagi sudah tiba sambil membawa badai.
***
Lily terkapar di dalam kuilnya yang sudah runtuh. Sambil memandangi angkasa yang diselimuti stratocumulus. Merapal mantra dari mulutnya tiada henti, untuk membuat hujan berhenti turun dari kedua matanya.
Berhentilah.
Berhentilah.
Hujan tidak mendengarkannya. Mereka tetap turun dengan deras. Membanjiri hutan-hutan di sekitar kuil tersebut. Menenggelamkan pepohonan ruh yang sedang subur berbuah dan sebentar lagi panen. Mengubur mimpi-mimpi dalam pemakaman yang agung.
Semua berakhir hari itu juga.
Aku rasa, Lily tidak berharap mendapatkan reinkarnasi.
Dia tidak berharap terlahir kembali.
Ah, dia tidak pernah berharap terlahir.