Lily kecil bersembunyi di dalam
lemari dengan menutup kedua telinganya. Dia mencoba menghitung angka 1 sampai
100 dalam hati. Dia mencoba untuk menghitung domba gemuk Paman Brown yang
tergambar dalam kepalanya. Dia mencoba memejamkan mata dan berusaha untuk tidak
mengintip celah lemari.
Suara-suara yang masuk ke telinganya
segaduh suara monster yang ada di acara tv favoritnya. Lily memejamkan mata. Dari
doa yang mengandalkan langit, dia berharap mimpi buruknya itu berakhir.
***
Lily beranjak dewasa dengan baik.
Kehidupannya berjalan dengan normal. Nilai pelajaran sekolahnya tak pernah
sangat bagus atau pun sangat jelek. Dia juga bukan tipikal murid rajin yang
aktif bertanya pada guru di setiap mata pelajaran. Dia sesekali tidak
mengerjakan PR, sesekali membolos jam pelajaran, dan sesekali bergerombol
dengan anak lainnya untuk membicarakan sekelilingnya. Lily selalu tersenyum dan
tidak pernah terlihat bersedih.
Lily tidak pernah bersedih.
***
Lily menatap dunia dengan sinis.
Hujan tak lagi membuatnya takut. Tidak juga dengan gelap malam yang dulu begitu
menyeramkan baginya. Lily tidak lagi memuja luar angkasa atau planet-planet. Kesukaannya
pada gulali lambat laun berkurang. Dia kini lebih suka minuman pahit yang
disebut alkohol.
Ketika Lily mencoba terlelap, dia melihat
dunia yang suram dan kian menyeramkan.
***
Ini
tahun kedelapan Lily tinggal sendiri. Dia tidak pernah mengundang teman atau
mengajak seseorang untuk mampir ke dalam rumahnya. Dia merasa jika sendiri saja
sudah cukup. Dia bisa menari di dalam ruangannya dengan bebas sepuasnya. Tanpa seorang
pun yang mengganggu. Sendiri begitu menyenangkan. Sendiri adalah yang terbaik.
Lily menari dan terus menari. Sampai tak sadar jika pagi sudah tiba sambil
membawa badai.
***
Lily terkapar di dalam kuilnya yang
sudah runtuh. Sambil memandangi angkasa yang diselimuti stratocumulus. Merapal mantra dari mulutnya tiada henti, untuk membuat hujan berhenti
turun dari kedua matanya.
Berhentilah.
Berhentilah.
Hujan tidak
mendengarkannya. Mereka tetap turun dengan deras. Membanjiri hutan-hutan di
sekitar kuil tersebut. Menenggelamkan pepohonan ruh yang sedang subur berbuah
dan sebentar lagi panen. Mengubur mimpi-mimpi dalam pemakaman yang agung.
Semua berakhir hari
itu juga.
Aku rasa, Lily tidak
berharap mendapatkan reinkarnasi.
Dia tidak berharap
terlahir kembali.
Ah, dia tidak pernah
berharap terlahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar