Sabtu, 13 Maret 2021

Manekin

 

Dia masih terpaku melihat ke arah cermin. Ada kesedihan yang menyihir di sana. Tertawa dalam manik-manik sepi yang menelantarkan dinding kamar. Juga pada percikan air yang turun deras menghujani wajahnya.

Dia masih belum bisa mengatasinya, suara-suara di dalam kepala yang bernyanyi bersahutan menerjang tak karuan. Kemudian, waktu terasa melambat, dalam perihnya lintasan hidup yang tergores luka.

Sendiri, menelannya lagi. Arah, tak lagi mencarinya. Kini, dia mengunci harapan rapat-rapat.

Dalam seringai yang bertaut dengan doa, dia bertanya, “Untuk apa aku terlahir?”