Minggu, 03 Maret 2019

Semesta Dalam Dinding


Lagu ‘Sleepwalking’ Bring Me The Horizon mengendap di udara, merambat dan memantul melalui dinding kamar. Anehnya, dari suara yang begitu berisik dari speaker, kedua telingaku sama sekali tak mendengarnya. Aku masih asik berbincang dengan dinding kamar, yang sesekali ditimpali oleh tawa langit-langit. Dunia ternyata bisa setenang ini, begitu pikirku.
Di luar sana, hujan masih deras menghujam ke arah bumi, malam terasa lebih panjang dari biasanya. Dalam kamar yang sedang melindungiku dari dunia, aku merasa diselamatkan. Aku masih enggan memikirkan hari esok. Di luar sana, ada banyak hal yang membuatku sekarat. Tapi, besok sudah Senin. Segala aktivitas  akan dimulai, dan aku belum menyiapkan apa-apa.
Aku ingin berlari. Tapi hanya kamar ini yang bisa melindungiku. Aku benci menjadi lemah dan pengecut. Aku benci suara riuh yang dihasilkan kendaraan. Aku benci melihat orang lain tertawa lepas. Aku benci hujan. Aku benci diri sendiri.
*
Suatu hari nanti, aku ingin pergi jauh dan dilupakan oleh semua orang. Tidak ada lagi yang merasa kecewa karena kehadiranku. Tidak ada lagi yang perlu menangisi keberadaanku. Tidak ada lagi yang mengeluhkan betapa tidak bergunanya diriku. Kurasa, itu adalah dunia yang ideal untukku. Dunia yang melupakan keberadaanku.
Lalu, di tempat baru itu, aku akan berusaha untuk terus hidup. Bagaimana pun caranya. Aku akan makan yang teratur, menyisihkan penghasilanku, kemudian membeli apa pun yang aku inginkan, atau pergi ke mana pun yang aku suka.
Ke hutan, ke gunung, ke pulau terpencil, ke mana pun. Asal tidak ada yang mengenaliku. Lalu, aku akan mengingat semua orang.
Mengingat mereka dengan putus asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar