Akhirnya review ini bisa dibuat
setelah drama laptop yang ngadat seminggu dan pacar yang gak ngasih kabar 3
minggu. Yang terakhir bohong sih.
Okey, langsung
aja. Sejujurnya gue agak kaget dengan hype
Black Panther di mana-mana. Film ini laku keras, bahkan masuk ke dalam 10
besar film dengan pendapatan terbesar dalam sejarah selama pembukaan. Kaget di
sini bukan berarti karena menganggap film ini gak bagus. Bukan. Tapi karena ini
adalah film solo pertama superhero Marvel. Biasanya sih gak sebegini hype-nya.
Reaksi seminggu ini di berbagai platform yang gue pantau cukup beragam. Ada
yang suka, ada yang biasa aja, ada juga yang gak suka dengan alasan komiknya
lebih oke. Pendapat terakhir sih bodo amat ya. Menurut gue sendiri, Black
Panther sukses meneruskan kesuksesan film-film MCU di pasar. Dari segi cerita,
plot Black Panther ini sederhana dan gak megah. Tapi, background Kerajaan Wakanda yang dibedah di film ini sukses jadi
bumbu pelengkap yang membuat film ini tersaji dengan baik. Awalnya, gue agak sdikit
meragukan komentar-komentar kritikus yang bilang kalo Erik Killmonger adalah Villain terbaik di MCU. Tapi setelah nonton,
gue sangat setuju sama kritikus-kritikus ini. Kenapa? Ya nonton aja bagia yang
belom nonton.
Ini adalah film terakhir MCU sebelum
Infinity War. Dengan modal film sebagus ini sebelum perang besar melawan
Thanos, mari kita berharap semoga Infinity War jadi film terbaik MCU. Ehm.
Hal favorit di film ini? Semua scene yang
melibatkan Shuri. Asli lah, gue naksir banget sama cewek satu ini. Udah pinter,
candaannya asik, nyengin, terus senyumnya manis lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar