Cisadane
mengering! Dan pasokan air ke beberapa lokasi Tangerang terpaksa harus dihentikan.
Petaka? Jelas. Bahkan buat orang yang gak doyan mandi kayak gue, ini adalah
sebuah bencana yang harus segera diselesaikan.
Tapi
kali ini gue lagi males bahas pasokan air ataupun mandi. Kali ini gue mau
bahas... Gue mau bahas apa ya tadi?
*mikir*
*Tiga
tahun kemudian*
Ah,
gue inget!
Jadi,
gini. Karena pasokan air yang mandek, orang satu komplek pada heboh sendiri. Ya
wajar lah. Tanpa pasokan air, kami gak bisa melakukan kegiatan rumah tangga
seperti biasa. Mau mandi, gak bisa. Mau masak, bingung ngatur air. Mau nyuci
pakaian atau perabotan rumah tangga juga susah. Mau Wudhu pun terpaksa tayamum.
Mau cebok? Udahlah, sedih kalo diceritain.
Tapi
untungnya ada satu rumah yang memakai pompa air yang bersedia menyumbangkan
airnya ke orang-orang satu komplek. Dan sebagai anak satu-satunya di keluarga,
gue akhirnya terpaksa ikut mengantri untuk meminta air dari rumah ini.
Dan dari sinilah, karakter asli orang-orang akan keluar satu-persatu. Agak geli
juga waktu ngeliat ibu-ibu pada berebut antrian untuk mendapatkan air. Gue sama
sepupu gue, Deni agak geleng-geleng melihatnya.
Gimana,
nggak. Ibu-ibu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang gak bisa salah. Makanya, gue
sama Deni agak sedikit mengalah dalam antrian. Padahal, gue udah pengen banget
bunuh orang.
Setelah
mendapatkan 3 ember air, nyokap gue nyuruh buat udahan aja. Katanya gak enak
sama si pemilik air. Tiga ember katanya udah cukup buat masak, nyuci perabotan,
dan cebok. Mandi? Itu kegiatan gak berguna macam apa? Dan sepertinya untuk
beberapa hari kedepan, gue harus rela setia dengan satu celana dalam. Pedih.
Setelah
berjibaku di tempat antrian, gue sama Deni ngerumpik soal kejadian tadi. Dan
dengan gaya remaja matang yang belum punya pacar, gue nasehatin dia buat jaga image sama tetangga biar enak ngelakuin
banyak hal. Gue bilang begitu dengan alasan, cukup image gue aja yang jelek di mata tetangga. Iya, di mata tetangga,
gue ini adalah orang yang sangat jarang keluar rumah untuk bersosialiasi.
Padahal kenyataannya ya bener. Gue pikir, gue mending di dalem rumah buat
nongkrong di depan laptop buat nulis daripada cuma nongkrong sampe pagi di pos
komplek tanpa menghasilkan apa-apa. Ada bagusnya, ada juga jeleknya. Jeleknya
ya gitu. Di mata tetangga, gue ini dianggep gak mau bersosialisasi.
Tapi
gue ya gue. Selama apa yang dilakuin gue rasa bener, gue gak akan mengubah
pendirian gue. Kampret ya.
Tapi
ternyata dia juga sependapat sama gue. Dan kali ini, gue ngerasa ganteng
banget.
Dari
postingan ini gue cuma pengen bilang, kalo kita kadang itu lucu. Kita gampang
banget men-judge sesuatu tanpa
mencari tahu kebenaran dari hal yang kita duga itu. Kita juga kadang lucu,
karena sering bilang “Solidaritas” tapi sebenarnya kita cuma mementingkan diri
sendiri. Kita juga kadang lucu, karena sering bilang “Kamu apa kabar?” padahal
pengen banget bilang, “Aku kangen kamu”.
Oke,
yang terakhir gagal fokus.
Betewe,
udah lebih dari tujuh menit. Sekian pencerahan dari gue, walaupun gue juga
bingung ini pencerahan macam apa. Bye!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar