Terjun dan terlibat langsung dalam
dunia komik adalah impian gue sejak lama. Bahkan sebelum gue memutuskan untuk
serius dalam dunia menulis, gue udah pengin jadi komikus lebih dulu. Bisa
dibilang, jadi penulis itu awalnya malah gak ada di dalam agenda hidup gue.
Kenapa gak fokus ngomik? Simpel. Gambaran tangan gue sudah terlampau bagus.
Level gue udah beda. Gue cuma takut Eichiro Oda minder waktu liat gambar gue.
Kalo dia berhenti nerusin cerita One Piece kan bisa repot. Makanya, gue gak
gambar, cukup jadi penulis aja.
Tapi karena emang udah jalannya kali
ya, di akhir bulan januari 2016 yang sangat baper karena cewek yang gue taksir
gak peka-peka, gue ditawarin sebuah proyek komik sama seorang editor dari
Agromedia Group yang kelak gue tau kalo namanya itu Mega Fitriyani. Tapi gue
tetap pada keyakinan gue. Gue gak mau menggambar. Cukup jadi konseptor dan
penulis skrip komiknya aja. *dibakar*
Proyek ini sempat tertunda beberapa
minggu karena belom ada ilustratornya. Ketika udah nemu, dia ngundurin diri
dengan alasan deadline-nya gila. Gimana
gak gila, seminggu harus selesai minimal 5 cerita. Udah berasa artisnya shonen
JUMP aja. Tapi semesta akhirnya mempertemukan kami dengan Julian, atau yang
lebih dikenal sebagai @sengklekmen di Instagram. Anaknya asik dan pekerja
keras. Walau kadang gue sama Mega sering dibikin kesel sama ulahnya. Well, kata Mega sih kita itu penulis
sama ilustrator yang paling dia suka. Soalnya tanpa dia tagih, kami udah
setoran. Rajin banget pokoknya. Tapi asal lo tau, Meg. Kalo misal gue telat setor
naskah pun itu gegara lo sering curhat, sering baper soal ini itu. Kayaknya sih
Mega doang editor yang suka chat penulisnya “Eh aku mau curhat.” Bukannya “Naskah
mana? Besok deadline!”
Meski gitu, makasih ya Meg. Berkat
dirimu, daku bisa mewujudkan salah satu impian yang sejak lama terpendam. Aku cinta
kamu. *mual*
Ehm. *mode serius*
Well, di komik
pertama ini gue nemu banyak hal. Nulis fiksi dan non fiksi secara bersamaan itu
gak gampang. Soalnya di komik ini, gue harus nulis skrip komik sekaligus nulis
artikel tentang fenomena yang gue angkat sebagai cerita. Nulis konten mungkin
enak, soalnya itu udah jadi makanan sehari-hari gue. Tapi ketika nulis skrip
komik, gue harus banyak baca, harus banyak memerhatikan lingkungan sekitar.
Karena menurut gue, bikin komik kehidupan sehari-hari dalam sudut pandang
komedi itu gak gampang. Perlu sudut pandang yang gak biasa untuk membuat
sesuatu yang biasa terjadi di keseharian tapi ketika kita menyampaikannya dalam
sebuah cerita, hal itu bisa ditertawakan dan dinikmati.
Bisa dibilang, komik ini membawa gue
ke level komedi yang lebih tinggi. Level di mana gue bercerita untuk menyampaikan
sesuatu, tapi masih bisa bikin ketawa dan dinikmati orang banyak. Gak cuma nulis dan asal ceplos kayak buku pertama gue. Keduanya masih komedi, tapi menurut gue levelnya udah beda. BUat tau bedanya, silakan dibaca aja. Hehe.
Dari pengalaman inilah gue sadar kalo
bikin komik itu gak gampang. Gak segampang ketika gue misuh-misuh waktu
HunterxHunter hiatus mulu. *digampar*
Dan inilah komik pertama gue, Three
Mas Getir. Sebuah komik yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Semoga kalian
suka. Semoga apa yang ingin kami sampaikan pada pembaca bisa diterima dengan
baik. Yang terpenting sih, semoga kalian menikmatinya.
Terus, kenapa kalian harus beli komik
ini?
Alesan kerennya, jelas buat mendukung
kebangkitan komik Indonesia yang lagi berkembang banget. Karena itu, mari mengapresiasi
karya anak negeri dengan membelinya. Karena sebuah karya lahir dari proses
panjang dan kerja keras, nggak merem cling
jadi. Gitu.
Alesan mulianya adalah… seniman juga
butuh makan :’))
Karena udah repot-repot mau baca postingan ini, gue bakalan kasih sedikit spoiler tentang komik ini. Spoilernya adalah... tunggu setelah pesan-pesan berikut ini !!! eng ing eng...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar