Jadi, sebagai mantan otaku budiman(sekarang gue agak sedikit kafir), semalem
gue bikin status begini di facebook:
Gue harus ngomentarin ending Bleach juga biar kekinian?
Yang nanggepin dikit. Semesta emang
lagi nyuekin gue. #Baper
Karena gue haus perhatian dan pengin dapet
banyak tanggepan, gue akhirnya mutusin buat bikin ulasan soal ending Bleach yang lumayan bikin geger. Okey,
mari…
Sejak mulai mengikuti dunia
anime/manga secara serius sejak 2007 (sejak gue kenal warnet dan situs
onemanga.com), Bleach adalah salah satu manga yang gue ikuti dan selalu gue
tunggu per minggu selain One Piece dan Naruto (waktu itu gue belom kenal
Gintama. LOL). Well, OP, Naruto,
Bleach, sama Gintama adalah judul dari Jump yang paling gue suka (Maaf ya
Katsura-sensei, D’Gray-Man terpaksa dicoret. Siapa suruh PHP).
Buat yang mengikuti sebuah cerita
dengan serius, ending adalah sesuatu
yang sangatlah sakral. Sakral karena sebuah cerita memang gak bisa berjalan
selamanya. Sakral karena itu adalah part
terpenting dalam sebuah cerita.
Sebagai penulis, gue paham banget
kenapa sebuah cerita harus mempunyai ending
yang bagus. Kesan sebuah cerita, menurut gue ada di endingnya. Oke, awal cerita mungkin harus berkensan, tapi kesan
terdalam dan paling membekas menurut gue terletak di akhir cerita. Kayak misalnya
kisah cinta elo itu. Pas awal-awal indah banget, eh ternyata elo putus karena
dia selingkuh. Mana yang paling lo inget? Selingkuhnya mantan pacar lo, apa
kebaikannya dulu? Heya~
Banyak temen-temen gue yang bilang
kalo ending Bleach payah,
megecewakan, banyak bolongnya, gitu aja, dll. Tapi menurut gue, ending manga ini emang harusnya begitu. Makanya
pas kemaren baca, gue cuma bilang “Yaelah.”
Kenapa gue bilang harusnya begitu? Karena
menurut gue, Bleach emang harusnya tamat sejak arc Hueco Mundo berakhir dengan
kekalahan Sasouke Aizen. Mungkin banyak juga yang sependapat sama gue, tapi
setelah baca Bakuman dan terjun ke dunia kepenulisan, gue sedikit ngerti kenapa
Bleach gak berakhir di situ.
Gue memaafkan Kubo-sensei waktu
memulai final arc (gue gak baca Fullbringer arc, btw) yang memunculkan
Quinsy. Soul Society porak-poranda, Shinigami dibantai habis-habisan, Kapten
dan Wakil Kapten banyak yang nyaris tewas, pokoknya kita disuguhkan sesuatu
yang dasyat sejak awal arc. Gue mulai baca Bleach lagi tiap minggu, dan ketika
5 minggu lalu ada pengumuman Bleach akan tamat dalam beberapa chapter, gue cuma
bisa cengo. Cengo karena menurut gue, tamatnya tuh harusnya gak gini.
Makanya, waktu baca 2 chapter
terakhir, gue cuma bergumam “Yaelah” dalam hati. Gue mencoba cuek buat gak
mikirin gimana nasib Divisi 0 yang katanya terkuat, tapi cuma dijadiin mainan
sama Yhwach. Gue mencoba cuek dan gak mikirin siapa itu Kusajishi Yachiru
sebenarnya. Gue juga mencoba cuek gak mikirin gimana nasib Yoruichi, Urahara,
Nel tu, Grimmjow, terus siapa lagi ya… ahh, pokoknya gue gak peduli!
Sekarang gue cuma berharap kalo ending Gintama bisa lebih bener dari Naruto
dan Bleach. Hidup gue sekarang bergantung dari seekor gorilla, gak elit amat.
But, thanks a lot, Kubo-sensei. Walaupun gue gak suka sama Ichigo, tapi terima kasih karena
udah mengenalkan gue sama karakter-karakter hebat macam Urahara Kisuke, Kenpachi
Zaraki, Juushiro Ukitake, Nnorita Gilga, Ulquiorra Schifer, Madarame Ikkaku dan
tentu saja Coyote Stark sama gue. Makasih banget.
Ditunggu mega-hitz selanjutnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar