Senin, 24 Februari 2014

Menunggu

Dari sekian banyak hal yang gue benci, menunggu adalah yang nomer satu. Setelahnya, gue benci banget sama remaja-remaja labil yang mengaku fans sejati sebuah club sepakbola. Ketiga, gue paling gak suka diganggu pas lagi tidur. Sama siapapun itu.

Sekarang, gue lagi males ngomongin bola, gue juga lagi males ngomongin tidur. Sekarang mari, kita bahas soal menunggu.



Saat ini, gue lagi nunggu terbitnya novel pertama gue, Cinta Acakadut. Nunggu novel pertama terbit itu kayak nunggu anak pertama mau lahir. Gelisah, gundah, deg-degan, tapi antusias. Makanya gak heran kalau gue kadang bawel banget sama penerbitnya. Tapi setelah dijelaskan kalau proses memproduksi buku itu gak gampang, gue akhirnya mulai gak bawel. Gue cuma bisa nunggu, sambil nyeruput kopi & ngisep rokok sambil terus berkarya. Gue pasrah.

Mungkin udah pada tau kalo gue ini adalah fans fanatik club kancrut bernama Arsenal. Jadi fans Arsenal itu pait. Disaat fans lain berdebat memamerkan trophy yang diraih dan pemain bintangnya, fans Arsenal sibuk nyari alesan dan membanggakan masa lalu. #AkuRapopo
Meski gitu, gak tau kenapa gue gak bisa berhenti ngedukung tim ini. Meski 8 tahun tanpa gelar, meski sering dibully setiap saat. Ya, cinta emang buta, butain logika. Meski nunggu Arsenal mendapat trophy itu kayak nunggu cowok yang ngerti kodean cewek, tapi aku rapopo.

                                                                   "Hail Lord Dennis!"


Tapi, ada menunggu yang paling ikhlas buat gue lakuin. Itu adalah menunggu dia. Cewek yang bikin gue gagal move on itu. Menunggunya kembali menjadi bagian dari nafas gue lagi.
Agak aneh emang, gue gak pernah ngubungin dia atau berinteraksi lagi sama dia, tapi gue masih berharap dia kembali lagi. Bahkan, ngeliat akun twitternya di Timeline aja gue langsung gemeteran, yang bisa gue lakukan saat merindu hanyalah melihat fotonya. Iya, aku memang hina.
Saat ini, gue masih menunggunya. Menunggu saat yang tepat untuk saling berinteraksi lagi. Entah sampai kapan. Mungkin saat dia udah berdiri sejajar diatas pelaminan dengan laki-laki lain. Gak ada yang tau akhir dari permainan menunggu ini. Yang gue tau cuma perasaan gue yang masih mencintai dia. Meski itu hanya bisa berupa bisikan.

Waktu yang terlewati, tinggalkan sebuah rasa
Begitu berarti
ku coba menghindar
Namun tak ada tempat
yang tak mengingatkanku pada dirimu

Mata sulit terpejam, permainan menunggu
Jantung berdegup kencang, permainan menunggu

Tak pernah ada rasa yang sama
Walau terus mencari, tak mungkin tergantikan
Tak pernah ada rasa yang sama
Walau terus menjauh, tak mungkin terlupakan

Waktu tak henti permainkan aku
Hari terus berlalu, Ini semakin seru dan kau tetap di benakku
Ku pertahankan langkahku dalam setiap luka
Tak terbesit tuk mengalah, walau mungkin kan kecewa 


                                                                                          For Revenge - Permainan menunggu

And the end on the post..
"Disaat kamu yakin sama perasaan kamu, maka tunggulah hal itu. meski harus melewati puluhan musim, meski harus melewati ratusan purnama."
Keren ya..


                                                       Galau bang? Tiduran di atas rel aja..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar