Ini
adalah Film pertama gue, di Film ini gue menjadi seorang Sutradara dan Penulis Skenario. Film tentang edukasi memang, bukan Film bertema bebas.
Padahal gue pengen banget bikin Film tentang komedi. Yah gue positif thinking
aja, semoga film ini adalah batu loncatan gue ke dunia perfilman yang
profesional.
Berawal
dari surat undangan dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten tentang adanya lomba
Film dokumenter yang akan mereka adakan, gue akhirnya memutuskan untuk
mengikutinya. Gue membentuk tim dan akhirnya gue mendapatkan 2 orang bernama
Heri. Heryanto & Heri Padli. Rada repot juga kalo gue lagi ngobrol sama
mereka, soalnya tiap gue manggil “Her..” mereka berdua menoleh.. Huh! Dasar
nama pasaran.. *dihajar*
Pengerjaan
Film ini ternyata tak semudah yang kami bayangkan, keterbatasan alat menjadi
kendalanya. Tapi dengan semangat yang terus kami keluarkan, akhirnya semua itu
bisa kami minimalisir. Gue sama Heryanto jalan muter-muter mencari narasumber,
sementara Heri Padli gak ikut di lapangan karena mengajar. Hal yang gak bisa
kami lawan adalah Alam, saat itu hujan lagi hobi banget turun di tangerang.
Bener-bener melawan batin, soalnya gue sama Hery galau kalo ngeliat hujan.
Tujuh
hari proses syuting dan akhirnya tinggal proses editing Film. Disinilah mulai
terjadi kegalauan, karena Heri Padli yang tadinya mau editing ternyata tidak
bisa karena pekerjaan. Akhirnya kami mulai mencari editor baru. Gue tadinya
galau karena hal ini, tapi gue akhirnya inget kalau gue punya temen yang super
duper jenius bernama Faroq. Akhirnya gue hubungi dia dan dia menyanggupinya.
Semuanya
benar-benar dilakukan secara mepet. Selesai syuting itu hari senin, selasa
malam kita mulai editing dan hari rabu harus sudah selesai karena hari jumat
adalah deadline. Gue, Faroq, & Heryanto gak tidur semalam suntuk buat
proses editing. Tak terhitung kopi dan rokok yang kami habiskan untuk menemani
kami saat itu. Debat kecil, bercanda, sampai sama-sama ngobrol bego karena gak
tidur. Benar-benar perjuangan.
Rabu
pagi pukul 05.30 proses editing baru jalan 40% gue sama Heryanto lagi berdebat
soal skenario & urutan Film, sementara Faroq udah ribut mau beli nasi uduk.
Si Faroq membuka pintu studio (kamarnya dia) terus dengan bego berteriak “Woyy
kamprett liat tuh langitnya bagus! Warnanya jingga” gue sama Hery langsung liat
kearah pintu dan menatap langit. “Warnanya biru keputih-putihan kamprett !!!”
hardik gue. Kami semua tertawa berbahak-bahak. Dan akhirnya kami memutuskan
kalau rumah produksi kami bernama Langit Jingga.
Setelah
sarapan nasi uduk, kami melanjutkan editing Film sampai pukul 09.00. Setelah
itu kami memutuskan untuk tidur sejenak, jam 12 siang gue bangun, Faroq masih
tidur, sementara si Hery lagi galau..
Kami
lanjut sampai pukul 16.00 lalu gue sama Hery pulang ke rumah masing-masing buat
persiapan kuliah. Di kampus, dengan muka stres gue yang ganteng, gue mencari
tempat buat lanjut editing Film. Kami lanjut editing Film di lab komputer
kampus, “Tinggal 20% lagi nih!” pikir gue dalam hati. Dan Film akhirnya selesai
pada pukul 23.30. Bener-bener hari yang melelahkan.
Kamis
pagi gue sama Heri Padli mengurus segala syarat pengiriman Film. Dan setelah
berbincang-bincang dengan dosen kami, akhirnya gue berangkat ke Serang
sendirian karena takut kalau memakai jasa pengiriman akan melewati deadline.
Jumat pagi gue berangkat ke Serang dan jumat sore gue sampai di Tangerang,
lanjut siap-siap ke kampus karena malamnya gue harus kuliah.. Huft..
Sebenernya
pengumuman sih udah lewat, tapi namanya orang Indonesia, pengumumanya molor.
Kami sempet galau karena tak ada kejelasan dari panitia, tapi cukup lega juga
setelah tau kalau pengumumannya rada molor..
Kami
masih terus berdoa, masih terus berharap. Khusus gue, gue pengen nunjukin
sesuatu ke orang tua gue kalau gue ini adalah orang berguna. Khusus tim kami
Langit Jingga, ini adalah sebuah Mahakarya pertama kami walaupun kami juga tak
puas dengannya. Tapi ini adalah bukti kesolidan, niat, pengorbanan, &
perjuangan sampai akhir melawan deadline. Benar-benar sebuah “Garis
Perjuangan”.
Terima
kasih untuk tim Langit Jingga yang solid. Heri Padli yang katanya Produser tapi
gak pernah ngasih uang produksi, kamprett lu. Heryanto yang selalu bantu proses
syuting sampai editing Film. Tanpa lu gue gak bakal bisa ngerjain Film ini bro.
Faroq, editor gue yang jenius. Tanpa lu mungkin Film ini bakalan ancur lebur.
Sinta, sekretaris & bendahara tim yang gak pernah megang uang rumah
produksi. Makasih karena udah sering traktir makan sama nombokin uang pembuatan
Film ini. Love you :*
Makasih
buat narasumber. Makasih buat pak Arifin dengan segala penjelasannya yang
panjang lebar, berkat bapak Film kami selamat karena durasi. Pak Temmy yang
selalu dukung kami. Pak Rossa yang udah mau membantu ngeluarin uang produksi
Film. Makasih buat seluruh Mahasiswa Universitas Pramita Indonesia.. Makasih buat
Sheila.. Behelmu mengalihkan duniaku.. Makasih buat Rakha.. Karena kamu, aku
ingin terus menjadi yang terbaik, minimal agar aku hebat seperti kamu..
Love
You tulang rusuk ku :)) *dibakar*
Sekian
curahan hati gue tentang pembuatan Film Garis Perjuangan ini..
Doain
biar kami menang di Lomba tersebut ya~
Salam
sastra.. Salam Cinta Acakadut..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar