Setelah hampir 4 tahun gagal move on dari FM12, gue akhirnya
memutuskan untuk bermain FM16, atau seri game Football Manager paling baru. Gue
kadang gitu. Gagal move on lama,
sekalinya move on langsung kurang
ajar banget.
Ketinggalan 4 seri FM dan langsung
main FM16 cukup membuat gue sedikit cengo. Banyak banget perubahan yang terjadi
dari seri FM12. #Yaiyalah
Banyak fitur baru, sistem baru, role player yang baru, banyak deh. Gue agak
kesulitan untuk beradaptasi, tapi akhirnya sedikit-demi sedikit gue mampu
beradaptasi juga. So, let’s talk about my
first season story.
Musim pertama di seri baru FM, gue
memutuskan untuk memakai tim dari Inggris. Semacam ritual buat mengospek mental
gue, soalnya Liga Inggris di game pun lumayan bikin keder. Setelah menimang-nimang
kualitas tim, gue memutuskan untuk memakai Newcastle United. Kenapa? Soalnya gue
suka banget kalo bikin kesel Indo Toon Army di twitter. Terus gak ada
hubungannya juga sih. Bahaha
Salah satu gaya main favorit gue
adalah efektif football yang berhasil gue ciptakan di FM12. Barca mungkin punya
Tiki-taka, Chelsea punya parkir bus, Arsenal punya Arsenal Ways, dan gue punya Efektif
Football. Main pendek, minim direct pass,
memakai serangan balik cepat, zonal marking,
dan mengandalkan seorang playmaker
kreatif untuk menusuk pertahanan. Sekilas memang mirip tiki-taka, tapi bedanya
gue gak butuh pemain sekelas Messi untuk menjadi poros. Akibatnya gak jarang
pemain gue cuma jadi cadangan ketika membela tim nasionalnya. Padahal, di tim
gue doi adalah pemain kunci. Mungkin itu juga kelemahan taktik gue. Kalau di
dunia nyata beneran make strategi gue, mungkin saja banyak pemain di tim gue
yang memutuskan untuk pensiun dini dari Timnas. Miris.
Musim pertama gue di FM16 dibuka
dengan terbantai 7-1 oleh Chelsea di Stamford Bridge. Bener-bener kena ospek. Sampai
periode bulan November di dalam game, gue belum berhasil menemukan taktik yang
cocok untuk Newcastle yang gue latih. Efektif football yang selalu gue
banggakan ternyata gak berguna di FM16. Gue harus nyoba sistem baru,
meninggalkan zona nyaman. Lalu gue mulai melirik taktik sayap ala Sir Alex. Hasilnya
lumayan. Moussa Sissoko jadi raja assist, Emmanuel Reviere yang sebelumnya
bahkan gak gue masukin di bangku cadangan malah berubah menjadi predator ganas
di lapangan. Yang masih jadi PR tinggal gimana memperkuat lini belakang yang
kadang sering ngelawak. Gue kadang sering iba melihat Tim Krul sampe jatuh
bangun mengamankan gawang dari kebobolan.
Di sinilah titik balik kebangkitan
Newcastle United yang gue latih. Gak pernah kalah melawan tim besar, menang 2x di
Derby melawan Sunderland, dan lambat laun mulai naik dan bersaing di zona eropa. Tapi periode April-Mei
moral tim menurun dan hanya berhasil 3x menang dari 7 laga. Hasil itu akhirnya
membuat gue cuma berhasil finish di
posisi 10 klasemen akhir. Lumayan. Mengingat ini adalah proses adaptasi gue
dengan FM16 dan mengingat ini adalah Liga Inggris yang keji.
Jika di dunia nyata Leicester City
masih mendominasi di liga, di FM16 ada Swansea City yang menjadi kejutan dengan
finish di posisi 4 klasemen akhir. Tim favorit gue, Arsenal terdampar di posisi
7 klasemen meski di bulan Februari mereka menunjuk Carlo Ancelotti untuk
menggantikan Arsene Wenger yang diangkat menjadi Director of Football. Bahkan di dalam game pun Wenger tak bisa
disingkirkan. Lol.
Yang menarik adalah sihir Riyad Mahrez
dan Jamie Vardie pun hadir di FM16 meski kemagisan mereka gagal membuat
Leicester bertahan di EPL. Waktunya ’merampok’ kan? :p
Segini dulu cerita tentang season 1
FM16. Nantikan cerita di season 2 FM16 mendatang. Babayyyy~
Salam olahraga!