Senin, 28 Maret 2016

Musim Pertama di FM16



Setelah hampir 4 tahun gagal move on dari FM12, gue akhirnya memutuskan untuk bermain FM16, atau seri game Football Manager paling baru. Gue kadang gitu. Gagal move on lama, sekalinya move on langsung kurang ajar banget.
Ketinggalan 4 seri FM dan langsung main FM16 cukup membuat gue sedikit cengo. Banyak banget perubahan yang terjadi dari seri FM12. #Yaiyalah
Banyak fitur baru, sistem baru, role player yang baru, banyak deh. Gue agak kesulitan untuk beradaptasi, tapi akhirnya sedikit-demi sedikit gue mampu beradaptasi juga. So, let’s talk about my first season story.
Musim pertama di seri baru FM, gue memutuskan untuk memakai tim dari Inggris. Semacam ritual buat mengospek mental gue, soalnya Liga Inggris di game pun lumayan bikin keder. Setelah menimang-nimang kualitas tim, gue memutuskan untuk memakai Newcastle United. Kenapa? Soalnya gue suka banget kalo bikin kesel Indo Toon Army di twitter. Terus gak ada hubungannya juga sih. Bahaha
Salah satu gaya main favorit gue adalah efektif football yang berhasil gue ciptakan di FM12. Barca mungkin punya Tiki-taka, Chelsea punya parkir bus, Arsenal punya Arsenal Ways, dan gue punya Efektif Football. Main pendek, minim direct pass, memakai serangan balik cepat, zonal marking, dan mengandalkan seorang playmaker kreatif untuk menusuk pertahanan. Sekilas memang mirip tiki-taka, tapi bedanya gue gak butuh pemain sekelas Messi untuk menjadi poros. Akibatnya gak jarang pemain gue cuma jadi cadangan ketika membela tim nasionalnya. Padahal, di tim gue doi adalah pemain kunci. Mungkin itu juga kelemahan taktik gue. Kalau di dunia nyata beneran make strategi gue, mungkin saja banyak pemain di tim gue yang memutuskan untuk pensiun dini dari Timnas. Miris.
Musim pertama gue di FM16 dibuka dengan terbantai 7-1 oleh Chelsea di Stamford Bridge. Bener-bener kena ospek. Sampai periode bulan November di dalam game, gue belum berhasil menemukan taktik yang cocok untuk Newcastle yang gue latih. Efektif football yang selalu gue banggakan ternyata gak berguna di FM16. Gue harus nyoba sistem baru, meninggalkan zona nyaman. Lalu gue mulai melirik taktik sayap ala Sir Alex. Hasilnya lumayan. Moussa Sissoko jadi raja assist, Emmanuel Reviere yang sebelumnya bahkan gak gue masukin di bangku cadangan malah berubah menjadi predator ganas di lapangan. Yang masih jadi PR tinggal gimana memperkuat lini belakang yang kadang sering ngelawak. Gue kadang sering iba melihat Tim Krul sampe jatuh bangun mengamankan gawang dari kebobolan.
Di sinilah titik balik kebangkitan Newcastle United yang gue latih. Gak pernah kalah melawan tim besar, menang 2x di Derby melawan Sunderland, dan lambat laun mulai naik  dan bersaing di zona eropa. Tapi periode April-Mei moral tim menurun dan hanya berhasil 3x menang dari 7 laga. Hasil itu akhirnya membuat gue cuma berhasil finish di posisi 10 klasemen akhir. Lumayan. Mengingat ini adalah proses adaptasi gue dengan FM16 dan mengingat ini adalah Liga Inggris yang keji.
Jika di dunia nyata Leicester City masih mendominasi di liga, di FM16 ada Swansea City yang menjadi kejutan dengan finish di posisi 4 klasemen akhir. Tim favorit gue, Arsenal terdampar di posisi 7 klasemen meski di bulan Februari mereka menunjuk Carlo Ancelotti untuk menggantikan Arsene Wenger yang diangkat menjadi Director of Football. Bahkan di dalam game pun Wenger tak bisa disingkirkan. Lol.
Yang menarik adalah sihir Riyad Mahrez dan Jamie Vardie pun hadir di FM16 meski kemagisan mereka gagal membuat Leicester bertahan di EPL. Waktunya ’merampok’ kan? :p
Segini dulu cerita tentang season 1 FM16. Nantikan cerita di season 2 FM16 mendatang. Babayyyy~
Salam olahraga!